5/30/2012

Tabot


“TABOT SEBAGAI BUDAYA ETNIK BENGKULU”

Kebudayaan merupakan suatu proses yang dinamis, artinya kebudayaan itu mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Kebudayaan mengandung nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam tata cara pergaulan masyarakat pendukungnya. Akibat dari proses dinamika kebudayaan itu tidak jarang terjadi pergeseran nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Upacara tradisional bagi suatu kelompok masyarakat, oleh mereka dianggap atau dipandang sebagai suatu yang bernilai tinggi dan patut untuk dibanggakan. Karena salah satu fungsinya adalah sebagai pengukuh norma-norma serta nilai-nilai luhur yang mereka warisi.
Selain di Bengkulu, tabot juga dilaksanakan di daerah Sumatera Barat terutama di Pariaman. Banyak pendapat yang mengemukakan apakah Tabot termasuk perbuatan syirik atau tidak. Menurut saya, itu tergantung dari sudut pandang mana orang menilai pelaksanaan Tabot tersebut.
            Pada saat upacara Tabot dilaksanakan, dari tiap-tiap kelurahan yang terdapat kaum Sipai (keluarga tabot) bermukim akan membuat sekurang-kurangnya satu unit tabot. Semula kelompok keluarga tabot ini hanya dua saja yaitu Tabot Bangsal di Pondok Besi dan Tabot Berkas di Pasar Berkas. Sejalan dengan perkembangan kota dan penyebaran penduduk, maka dari masing-masing kelompok tersebut telah pula dibina sub-sub kelompok di beberapa kelurahan, sehingga saat ini kelompok tabot ini telah mencapai 12 kelurahan, yakni:
1.      Tabot kelurahan Pondok Besi
2.      Tabot kelurahan Berkas
3.      Tabot kelurahan Tengah Padang
4.      Tabot Kelurahan Kebun Ros
5.      Tabot kelurahan Kampung Bali
6.      Tabot kelurahan Malabero
7.      Tabot kelurahan Kampung Kepiri
8.      Tabot kelurahan Pasar Baru
9.      Tabot kelurahan Penurunan
10.  Tabot kelurahan Padang Jati
11.  Tabot kelurahan Pasar Bengkulu
12.  Tabot kelurahan Kampung Kelawi
Nama upacara tabot dan tahapan-tahapannya:
Upacara tradisional ini dinamakan dengan “TABOT” dan sering juga dikenal dengan nama “TABUT”. Upacara ini berasal dari upacara berkabung kaum syi’ah, dibawa ke Bengkulu oleh para tukang yang membangun benteng Marlborought dari negeri mereka yaitu Madras-Benggali bagian selatan dari India. Upacara ini selanjutnya diwariskan kepada anak cucu mereka yang kemudian diantaranya ada yang berasimilasi dengan orang Bengkulu.
Nama “TABOT” berasal dari kata Arab TABUT yang secara harafiah berarti kotak kayu atau peti. Adapun upacara tabot di Bengkulu ini merupakan upacara hari berkabung bagi kaum syi’ah atas gugurnya Syahid Agung Husin bin Ali bin Abi Thalib cucu Rasulullah SAW dari puteri beliau Fatimah Azzahrah binti Muhammad. Beliau gugur dalam perang tak seimbang antara lascar yang beliau pimpin sejumlah 40 orang dengan lascar Ubaidillah bin Zaid yang berjumlah ribuan orang disuatu tempat yang bernama Padang Karbala di wilayah Irak. Peristiwa tragedi dalam sejarah islam ini terjadi pada awal bulan Muharam tahun 61 Hijriah (681 M) yang terkenal dengan nama “Perang Karbala”.
Inti dari upacara tabot ini adalah mengenang upaya para kaum syi’ah dan kaumnya yang mengumpulkan bagian-bagian dari jenazah Husin, mengaraknya setelah terkumpul dan memakamkannya di Padang Karbala. Seluruh upacara berlangsung selama 10 hari yaitu tanggal 1 sampai dengan 10 Muharam.
Adapun tahapan dari upacara ini adalah:
1.      Mengambik tanah (mengambil tanah).
2.      Duduk penja (mencuci jari-jari)
3.      Menjara (mengandun)
4.      Meradai (mengumpulkan dana)
5.      Arak penja (mengarak jari-jari)
6.      Arak serban (mengarak sorban)
7.      Gam (tenang berkabung)
8.      Arak gedang (taptu akbar)
9.      Tabot tebuang (tabot terbuang)
Rincian dari tahapan-tahapan upacara tersebut yaitu:
1.      Mengambik tanah
Upacara ini berlangsung pada malam tanggal 1 Muharam sekitar pukul 22.00 WIB. Tanah yang diambil adalah tanah yang mengandung nilai magis. Untuk itu pengambilannya harus dilakukan pada lokasi tertentu yakni pada tempat yang dipandang keramat menurut mereka. Lokasi tersebut hanya ada dua saja di kota Bengkulu yakni:
a.       Keramat Tapak Paderi, yang terletak di tepi laut tidak jauh dari benteng Marlborought, disudut kanan pelabuhan Bengkulu (yang lama).
b.      Keramat Anggut, yang terletak di pekuburan umum pasar Tebek dekat Tugu Hamilton, tidak jauh dari pantai Nala.
2.      Duduk Penja
Penja adalah benda yang berbentuk telapak tangan manusia lengkap dengan jari-jarinya, karenanya penja ini disebut juga dengan jari-jari. Dalam setiap kelompok tabot terdapat sepasang penja atau lebih, ada yang terbuat dari kuningan, tembaga dan ada juga yang terbuat dari perak.
Penja ini menurut keluarga Sipai adalah benda kerammat yang mengandung magis, karenanya dia harus dicuci dengan air bunga dan air limau setiap tahunnya. Upacara penja ini disebut dengan duduk penja.
Duduk penja dilakukan di rumah dukun pimpinan dari kelompok tabot bersangkutan, waktunya adalah pada tanggal 4 Muharam sekitar pukul 16.00 WIB.
3.      Menjara
Menjara artinya mengandun atau berkunjung atau mendatangi kelompok lain untuk beruji dol (bertanding membunyikan dol). Dalam acara tabot menjara ini dilakukan dua kali di dua tempat. Pada tanggal 6 Muharam kelompok Tabot Bangsal mendatangi kelompok tabot Berkas dan pada tanggal 7 Muharam kelompok Tabot Berkas mendatangi kelompok Tabot Bangsal.
Acara ini berlangsung dilapangan terbuka yang disediakan pada sekitar pukul 22.00 WIB. Hingga pukul 23.00 WIB.
4.      Meradai
Acara meradai ini dilakukan pada tanggal 6 Muharam. Pelaksanaan acara ini disebut dengan Jola yang diambil dari anak-anak yang berusia antara 10-12 tahun. Acara meradai ini dilakukan diseluruh kota Bengkulu yang waktunya ditentukan siang hari yakni dari sekitar pukul 07.00 WIB. Pagi hingga pukul 17.00 WIB. Sore. Agar tidak terjadi tumpang tindih terhadap sasaran acara ini, maka sebelumnya telah diadakan kesepakatan antar pimpinan kelompok dimana lokasi untuk masing-masing.
 Selanjutnya sebelum acara Jola turun kelapangan menjalankan tugasnya, mereka mendapat pengarahan dari pimpinan kelompok yang menugaskan mereka. Dengan demikian disamping sasaran mereka tidak bertumburan, para Jola melakukan tugasnya mengikuti aturan dan tata tertib yang telah ditetapkan.
5.      Arak penja
Arak penja atau arak jari-jari ini dilaksanakan pada malam ke-8 dari bulan Muharam dimulai dari sekitar pukul 19.00 WIB. Hingga pukul 21.00 WIB. Dengan menempuh route yang telah disepakati bersama pada jalan-jalan utama dalam kota Bengkulu. Pada acara ini setiap kelompok dan sub kelompok tabot akan mengirimkan regunya sekitar 10-15 orang, pada umumnya terdiri dari anak-anak dan remaja. Acara ini start dan finishnya adalah di lapangan merdek Bengkulu (sekarang lapangan Tugu Provinsi) didepan rumah kediaman Gubernur.
6.      Arak serban
Berlangsung pada malam ke-9 bulan Muharam, dari sekitar pukul 19.00 WIB. Sampai dengan pukul 21.00 WIB. Dengan start dan finishnya di lapangan Merdeka Bengkulu dengan route yang sama dengan arak penja. Benda yang diarak selain penja ditambah dengan serban (sorban) putih diletakkan pada tabot coki (tabot kecil), dilengkapi dengan bendera atau panji-panji berwarna putih dan hijau atau biru yang bertuliskan nama “Hasan dan Husen” dengan kaligrafi Arab yang indah.
7.      Gam
Satu diantara tahapan upacara tabot ini terdapat suatu acara yang musti ditaati yaitu “Gam”, suatu waktu yang ditentukan yang tidak boleh ada kegiatan apapun. Gam berasal dari kata “Ghum” yang artinya tertutup atau terhalang. Masa Gam ini dimulai dari pukul 07.00 WIB. Hingga pukul 16.00 WIB. Dimana pada waktu tersebut semua kegiatan yang berkaitan dengan upacara tabot termasuk membunyikan dol dan tassa, tidak boleh dilakukan. Jadi masa Gam dapat juga disebut masa tenang.
8.      Arak Gedang
Pada tanggal 9 Muharam malam, sekitar pukul 19.00 WIB dilaksanakan acara ritual pelepasan tabot besanding di gerga masing-masing. Selanjutnya dilanjutkan dengan arak gedang yakni kelompok tabot berarak dari markas masing-masing menempuh route yang ditentukan, di jalan protocol mereka akan bertemu sehingga membentuk arak gedang (pawai akbar) menuju ke lapangan merdeka. Arak-arakan ini menjadi ramai karena menyatunya kelompok-kelompok tabot, kelompok-kelompok hiburan, para pendukung masing-masing serta masyarakat yang akan menuju ke lapangan Merdeka. Acara ini berakhir sekitar pukul 20.00 WIB.
Akhir dari acara arak gedang ini adalah seluruh tabot dan kelompok penghibur berkumpul di lapangan Merdeka. Tabot dibariskan bershaf istilah local disandingkan, karenanya acara ini dinamakan tabot besanding. Selama tabot besanding pengunjung dihibur oleh grup hiburang disamping menikmati keindahan tabot yang malam itu dihiasi dengan lampu seri.


9.      Tabot tebuang
Acara terakhir dari rangkaian upacara tabot adalah tabot tebuang. Pada pukul 09.00 WIB. Pagi seluruh tabot telah berkumpul dilapangan merdeka dan telah disandingkan sebagaimana malam tabot besanding. Demikian juga grup hiburan telah berkumpul pula disini dan menghibur para pengunjung yang hadir diwaktu itu. Pada sekitar pukul 11.00 WIB. Arak-arakan tabot bergerak menuju padang Jati dan berakhir di komplek pemakaman umum Karabela. Tempat ini menjadi lokasi acara ritual tabot tebuang karena disinilah dimakamkan Imam Senggolo (Syekh Burhanuddin) pelopor acara tabot di Bengkulu.
Pada sekitar pukul 12.30 WIB. Acara tabot tebuang di makam Imam Senggolo tersebut. Acara ini dipandang bernilai magis, karenanya hanya bisa dipimpin oleh dukun tabot yang tertua. Selesai acara ritual diatas, barulah bangunan tabot dibuang di rawa-rawa yang berdampingan denga komplek makam tersebut. Dengan terbuangnya tabot pada sekitar pukul 13.30 WIB. Maka selesailah seluruh rangkaian upacara tabot.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar